Pelajaran hari ini dari Imelda Sensei.
Ozoni dan Osechi
Selamat Tahun Baru!
Di keluarga kami, Tahun baru biasanya kami awali dengan melakukan ritual upacara Tahun baru yaitu berdoa memohon perlindungan dewa-dewa Jepang dari Ise Jingu di depan Kamidana 神棚(altar Shinto) dengan memberikan sedikit sesajen berupa mochi (seharusnya ozouni お雑煮), omiki お神酒 (sake), dan wakamizu 若水(air pertama yang diambil pada hari gantan -元旦- hari tahun baru). Caranya (Untuk berdoa di jinja pun sama): dua kali membungkuk, 2 kali tepuk tangan dan satu kali membungkuk. Kamidana selalu terletak di atas. Setelah itu mohon perlindungan leluhur di depan butsudan 仏壇 (altar Buddha) , dengan membakar okou 御香. Kalau di depan butsudan, menyalakan incense stick (Okou), memukul cawan besi sehingga mengeluarkan bunyi denting (seperti memanggil arwah), mengatupkan kedua tangan lalu membungkuk. Jadi kalau berdoa di kuil Buddha juga tidak ada tepuk tangan.
Setelah berterima kasih untuk Tuhannya orang Jepang dan hotokesama 仏様 (leluhur) untuk pemeliharaan sepanjang tahun yang lewat dan semoga kami bisa menjalani sepanjang tahun yang baru dengan sehat dan tanpa halangan. Setelah itu baru kami minum otoso お屠蘇, semacam sake dengan campuran ramuan dan dimasak, sehingga alkoholnya sudah hilang, hanya tinggal rasa manis pahit. Otoso ini merupakan perlambang supaya kami tetap sehat sepanjang tahun dan dijauhkan dari penyakit.
Makan pagi terdiri dari ozoni お雑煮 dan osechi おせち, makanan khas untuk Tahun Baru. Ozoni di setiap daerah dan keluarga juga berbeda-beda. Kalau saya biasanya masak dengan potongan ayam dan/atau udang dalam kaldu (saya pakai kaldu jadi) lalu masukkan potongan lobak, wortel, shiitake, irisan kamaboko dan sayurnya pete cina atau komatsu dan mitsuba. Bakar mochi dulu lalu masukkan dalam mangkuk sup, baru dimasukkan sup dengan ditata rapi. Ada yang suka memasukkan miso, tapi kalau kami lebih suka yang bening.
Untuk Osechi, biasanya ada beberapa yang saya buat sendiri, tapi tahun ini saya pesan yang sudah jadi saja. Biasanya Osechi ditata dalam kotak bertumpuk jubako 重箱 dan berisi antara lain :
Udang atau Lobster 海老 , dengan makan udang besar ini diharapkan panjang umur sampai bungkuk seperti udang.
Kurikinton 栗きんとん, rebusan chestnut dengan pasta ubi yang manis. Berwarna kuning terlihat seperti emas sebagai tanda bersyukur (pesta). Rasanya manis, bisa dibayangkan seperti biji nangka, kue tradisional dari makassar.
Nimono 煮物 atau rebusan yang biasanya terdiri dari renkon (akar teratai), wortel, konnyaku (lidah setan), ubi taro (sato imo) yang bulat, jamur shiitake dan ayam. Direbus memakai dashi (kaldu ikan). Niimono ini melambangkan keharmonisan anggota keluarga.
Kamaboko かまぼこ atau saya terjemahkan menjadi bakso ikan. Biasanya terdiri dari warna merah (pink) dan putih. Juga terbuat dari pasta ikan yang dikukus, tapi tanpa telur. Biasanya adonan ikan tersebut ditaruh di atas sebuah papan kecil lalu dibentuk setengah lingkaran. Tapi ada pula yang dibentuk bundar dengan teknik khusus yang menimbulkan huruf atau gambar jika dipotong. Bentuk setengah lingkaran ini seperti bentuk matahari terbit, sehingga bisa melambangkan “Matahari Pertama”.
Kazunoko 数の子, atau telur ikan nisshin. Kalau di keluarga kami biasanya digabung dengan edamame. Kazunoko melambangkan banyak anak yang dapat melanjutkan kejayaan keluarga.
Kuromame atau kacang hitam. Direbus dan diberi banyak gula sehingga manis, selain menimbulkan efek warna mengkilap. Melambangkan kesehatan anggota keluarga.
Datemaki 伊達巻, bentuknya seperti rool tart (bolu gulung), karena memang dia terbuat dari banyak telur dengan rasa asin manis karena memakai garam dan gula, tapi berbeda dengan telur dadar biasa, datemaki memakai parutan daging ikan/udang, lalu dipanggang di cetakan persegi, kemudian digulung. Biasanya orang Jepang juga tidak membuat sendiri, karena sulit untuk mendapatkan warna dan bentuk yang bagus. Makimono (benda yang digulung) melambangkan rajin, sedangkan date berarti elegan.
Nishiki Tamago 錦たまご, telur dua warna kuning dan putih. Sebetulnya kata nishiki memang bisa ditulis dengan kanji yang berbeda, 二色 yang berarti dua warna dan 錦 yang berarti indah.
Kohaku Namasu 紅白なますyaitu irisan halus wortel dan daiko (lobak) yang menurutku mirip dengan acar kita. Warna merah dan putih memang warna “perayaan” yang sering dipakai di Jepang. Lagipula itu adalah warna bendera Jepang (dan bendera kita) bukan?
Biasanya ada juga buah plum kecil, dan chorogi (semacam acar dari china yang berbentuk seperti kepompong). Paduan warna hijau dan merah, membuat makanan osechi terlihat menarik.
Sekarang ada banyak varian osechi juga, ada yang makanan Chinese, atau eropa, atau bahkan yang isinya daging semua. Ada yang dilengkapi dengan kue-kue atau dessert lain.
Yang pasti sejarahnya osechi ini dimaksudkan untuk dimakan selama tiga hari awal tahun karena ibu-ibu tidak boleh bekerja di dapur. Kalau ibu-ibu masak dan Dewi Dapurnya marah :D Tapi saya yang pasti bosan makan osechi selama tiga hari! (sssttt rahasia ya... saya sebetulnya tidak begitu suka osechi ryouri nih :D karena kebanyakan rasanya manis sih... kan aku sudah manis :P tidak perlu tambah hihihi).
Selamat menikmati libur Tahun Baru ya.
Oh ya (dulu) selain tidak boleh masak, ibu-ibu juga tidak boleh cuci baju juga loh! Sedapat mungkin hindari menjemur baju sampai tanggal 3 ya .....
No comments:
Post a Comment