Monday, September 24, 2018

Kebiasaan Bersih Bersih di Jepang

"Ngapain sih bersih-bersih di sekolah? Emang sekolah nggak mampu bayar tukang bersih? Aku sekolah bukan buat jadi tukang bersih-bersih, tau! Hhh..."

Mungkin  ada pikiran, bahkan keluhan yang terlontar ketika kita disuruh bersih-bersih di sekolah. Adakah yang punya pengalaman tersebut? Kalau ada, nggak usah ngacung. Simpan saja di hati kalian masing2.

Saya yakin pikiran negatif tersebut akan tergantikan menjadi pikiran positif jika berkesempatan mengintip sistem di sekolah dasar Jepang.

Di SD jepang, tidak ada Janitor alias Mamang-Mamang tukang bersih-bersih sekolah. Semua siswa setiap hari dibiasakan membersihkan sekolah.

Ada yang membersihkan jendela, loker, lorong depan kelas. Ada yang menyapu, mengepel lantai dan lain-lain.

Jadwal piket kebersihanlah yg memastikan semua dapat giliran secara adil dan teratur.

Semua tampak normal, tiada beban yang berlebihan. Tampaknya kebiasaan ini sudah mengakar di setiap siswa , guru dan staf. 

Ya, para guru dan staf juga mempunyai giliran membersihkan sekolah. Ada yang membersihkan toilet, tempat cuci tangan, dan lain sebagainya.

Jadi setiap orang yang memakai sarana sekolah tersebut dibiasakan untuk membersihkannya. Bahkan para orangtua siswa pun diajak untuk melakukan kebiasaan ini.

Setahun sekali para orangtua diberi kesempatan untuk menjadi petugas
bersih2 halaman sekolah.  Atau ada juga tugas mencuci gorden jendela sekolah.

Semua yang berkepentingan dengan sekolah dikondisikan agar ikut memikirkan sekolah, termasuk kebersihannya. Semua dilibatkan untuk merawat, menjaga kebersihan dan keindahan sekolahnya.

Dulu sempat mikir, kapan sih para Guru ini  bersih-bersih?? Sampai suatu waktu saya tahu berapa lama para guru tersebut berada di sekolah .

Perlu diketahui jam belajar siswa dimulai dari pukul 8.45 pagi sampai pukul 15.30. Para guru dan staf jam 6.30 sudah tiba di sekolah. Ajaibnya selesai jam sekolah pun mereka masih bekerja di sekolah sampai malam. Rata2 mereka pulang jam 22.00 malam. Bayangkan! Setiap hari! Terkadang Sabtu yang seharusnya libur pun harus ke sekolah.

Bayanganku di sela-sela waktu itu mungkin para guru dan staf bersih-bersih. Wong lama sih di sekolahnya. Dan tentu saja mereka pun harus mengerjakan tugas wajib mereka yaitu membuat bahan ajar, mereview keadaan anak didik, mengunjungi rumah siswa, dan lain sebagainya.

Sekolah dasar di Jepang mengutamakan pendidikan karakter. Bisa dibilang  nilai kebersihan berada di atas nilai kognitif.

Kebiasaan ini mengakar karena kebudayaan yang sudah ada di Jepang dari dahulu kala.

Konon ada ajaran Bushido yang setiap akan  latihan, mereka diwajibkan membersihkan pedang mereka terlebih dahulu. Ajarannya mengatakan," kalau giat  bersih-bersih maka jiwa pun akan bersih".

Pun di dalam ajaran Budha yang dulu banyak di anut oleh orang Jepang. Ajarannya mengatakan:
1. Berjerih payahlah untuk menjaga kebersihan dan keindahan.
2. Giatlah bekerja mencari nafkah.
3. Giatlah mencari ilmu.

Giat mencari ilmu (kognitif) ada di tingkatan nomor 3, sementara kegiatan membersihkan ini berada di nomor 1.

Kegiatan bersih-bersih di sekolah Jepang memiliki makna yang dalam. Selain menanamkan kebiasaan baik untuk menjaga lingkungan sekolah agar  kondusif ketika kegiatan belajar dan mengajar. Juga banyak nilai moral yang ditanamkan dari bersih-bersih ini.

Salah satunya, bentuk empathy kepada orang lain agar bisa nyaman menggunakan fasilitas sekolah. Menjaga agar barang2 awet hingga adik kelas bisa nyaman menggunakannya. Meski untuk adik kelas yang jauh usianya di bawah mereka, dan belum terdaftar di sekolah tersebut.

Dari kebiasaan bersih-bersih, anak-anak terjaga dari mengkotori atau merusak fasilitas sekolah karena sekolah milik bersama. Dan tentunya dari keringat setelah bersih2, para siswa jadi terjaga untuk mengotori lingkungannya. Karena tahu payahnya untuk membersihkannya. Timbulah rasa hormat dan menghargai kepada orang yang telah membersihkannya  terlebih dahulu.

Oh iya, kebiasaan bersih2 ini. Ditanamkan di sekolah dalam segala bidang.

Dimulai dari para siswa dibiasakan untuk memilah ketika membuang sampah . Ada tong sampah untuk sampah basah, sampah kertas, sampah plastik, sampah botol, sampah kaleng, sampah untuk kartrid dan sebagainya.

Juga ditanamkan di setiap kesempatan. Misal, ketika makan siang.

Anak2 harus memakai masker ketika piket menyediakan makan siang. Lalu ketika selesai harus mengelap meja bekas makan tadi. Memilah sampah untuk sedotan, untuk bungkus kotak susu dan untuk sampah basah. Juga menyusun piring2 kosong tersebut agar mudah untuk dicuci oleh koki sekolah.

Awalnya mamak juga kikuk nggak tahu apa yg harus dilakukan ketika makan siang bersama para Guru dan staf lainnya.Maklum...belum terbiasa. Persis kayak si Iteung saba kota. Celingukan...hehe.

Para Guru dan Staf melakukan hal yg sama dengan murid-muridnya. Selesai makan harus mengelap,memilah dan sebagainya.

Pengalaman pertama bikin keringat dingin deh..Tapi anehnya ikut bersemangat, terdorong untuk melakukan hal yang sama. Lingkungan yang sangat berenergi positif! Tentu saja mamak sambil nanya ini dan itu...cara buang yang benar dan lain sebagainya.

Di beberapa negara lainnya, ada juga yg memberlakukan kegiatan bersih-bersih sekolah. Tapi esensi bersih-bersihnya ada yang berbeda dengan di Jepang.

Misal, karena sekolah tidak ada biaya untuk membayar tukang bersih2, maka disuruhlah anak2 untuk menyapu dan mengepel sekolah. Bahkan membersihkan toilet dijadikan hukuman untuk siswa yg bermasalah. Sementara  itu si Guru duduk2 ngupi or ngeteh di depan anak-anak yang lagi keringatan ngelap dan nyapu. Oh noo... plisss deh.

No comments: