
Waktu menunjukkan pukul 20.00 waktu Nagoya. Aku berdiri tepat di bawah jam besar di lobby Nagoya station Sambil menunggu, tak terasa jiwa ini terbawa kisah 8 tahun yang lalu, di depan Shibuya Station, aku diperkenalkan oleh temanku Ari dengan seorang pria tinggi kurus bernama Akhmad. Senyumnya yang lebar mengembang, seolah sangat senang berkenalan dengan sesama mahasiswa Indonesia di negeri orang. Aku selalu ingat gayanya yang pendiam dan pemalu, menjabat tanganku dan menyebutkan namanya. Hari-hari yang berat kulalui, selama tahun 2002 aku menuntut ilmu di negeri sakura, belum punya kenalan. Akhirnya Akhmad, Ari dan teman-teman seperjuanganku semua membantu aku dalam menyelesaikan beasiswa singkatku di negeri matahari terbit. Banyak yang bilang Akhmad memendam rasa padaku, namun dari di Tokyo, jakarta sampai detik-detik dia meninggalkan Indonesia menuju Nagoya, dia tidak pernah berkata apa-apa, perhatian bak seorang kekasih juga tidak padaku, dia hanya seorang teman dekat yang sangat baik dan telaten mengajari banyak hal tentang Jepang dan Bahasa Jepang...Kebetulan saat itu aku ambil spesialisasi budaya dan dia pengajaran Pendidikan Bahasa Jepang Seketika sayup-sayup ada suara cowo Indonesia memanggilku yang membuyarkan lamunanku akan flash back masa lampau.. "Icha, sori telat dikit, maklum tadi masih sibuk ngurusin tugas kampus. Apa kabar lo?" sapanya Setelah 2 tahun nggak ketemu dengan dia, agak sedikit berbeda. Rambutnya kini dibiarkan memutih yang biasanya diwarnai burgundy black, dengan jacket reebok, sepatu reeebok dan semua yang dikenakannya, masih sama seperti dulu, Akhmad gila brand, yah itulah penamaanku untuk dia, seorang cowok yang gila brand. Dia sekarang terlihat lebih putih bersih dan sudah tidak seperti ABG lagi dengan rambut diwarnai. Tak lama aku tertegun di depannya, dia langsung menyeretku ke luar stasiun. "Ayo cepetan udah malam nih, sekarang gemukan ya lo?sukses di perusahaan otomotif?" celotehnya.
Belum sempat kujawab pertanyaannya, dia sudah tanya lagi. "hotel lo dimana?pas di depan stasiun ini kan?" "Nggak, hotel gue pas disebrang pom bensin, sekitar 200m dari sini". "Ngobrol di café aja yuks?" ajaknya Menelusuri pinggiran jalan di nagoya mengingatkanku pada masa-masa itu, masa dimana jantungku selalu berdebar saat menatapnya, dan membalas senyum kulumnya nan manis. Antara sedih dan bahagia, sedih karena aku baru kehilangan seorang teman hatiku, seorang wartawan di Jakarta, bahagia karena aku dapat bertemu dengan teman lamaku Akhmad. Malam itu, aku selaksa seorang putri yang dikawal seorang pangeran tanpa kuda.
"jadi lo mau gue anter kemana jeng?" begitu tanyanya.
"Gue mau cari oleh-oleh, dimana ya mad? Lo sendiri ada rencana apa malam ini?" Jawabku.
"Gue ajak ke Hard Rock aja yah?sekalian gue mau nraktir elo" "Baiklah,,,,,gue manut aja deh, kan ini daerah jajahan elo" jawabku. "Icha mau naik taxi, subway atau jalan?" tanyanya. "jalan aja yuks, Hard Rock Café kan tidak jauh dari sini" Seketika muka Akhmad langsung sedikit kaget, dan menjawab "Yakin lo cha mau jalan?", "baiklah kalau itu maunya elo". Tak jauh dari stasiun kami sempat mampir ke Mc D untuk membelikan Happy Meal titipan ponakanku. Dengan cepat dan sigap, Akhmad sudah membayar semua dan berkata "salam ya buat Fiqo, Om Akhmad Cuma bisa belikan ini". "Terima kasih om Akhmad" jawabku sambil tersenyum. Meter demi meter sepanjang jalan meieki sampai dengan daerah Fushimi aku lalui bersama Akhmad. Daun-daun momiji yang memerah mengiringi perjalanan kami menuju Hard Rock Café. Angin semilir yang dingin dan gugurnya daun-daun momiji mendramatisir keadaan, dan menjadikan perjalanan yang sebenarnya jauh terasa dekat. Pas di depan Hotel Hilton, ada segerombolan pria, dan kelihatannya mabuk, dengan menggunakan bahasa Jepang ada seorang pria yang memanggilku, dan menyuruhku berhenti. Kelihatannya itu segerombolan pria-pria yang sedang mabuk. Saat itu jantungku sudah mulai berdetak cepat, karena memang dia menunjuk-nunjuk aku dan memanggilku, meminta aku untuk berhenti dan menghampirinya, namun seketika tangan Akhmad merebut tanganku, dan dia mengajakku berjalan lebih kencang lagi, seolah-olah tanganku terseret olehnya
Beberapa meter setelah itu, Akhmad melepaskan tanganku dari genggamannya dan berkata "maaf ya cha, gue terpaksa narik-narik tangan lo, habis cowo kayak gitu sebaiknya dicuekin aja dan jangan sekali-kali lo berhenti dan memperhatikan mereka, nah tadi lo sempat berhenti dan nengok ke arah mereka kan?" Aku tertegun sejenak, baru kali ini melihat akhmad terlihat begitu khawatir padaku, dan merasa bertanggung jawab kepada diriku saat ini, saat aku berada di negeri orang, hampir saja aku terharu dan meneteskan air mata, namun Akhmad pintar mencairkan suasana dan berjalan pergi meninggalkanku. Tak lama Akhmad menoleh ke belakang dan sambil tersenyum dia memanggilku "ayo cha, kita kan mau ke Hard Rock, bukan mau ngobrol di pinggir jalan gini kan?". Gelak tawa kami mencarikan suasana tegang yang sempat terjadi gara-gara pria itu. Tak lama kami memasuki Hard Rock Café, kami hanya minum juice dan snack ringan sambil ngobrol-ngobrol. Pembicaraan kami dimulai dengan pertanyaannya "sekarang lo dekat dengan siapa cha?" "Hhhhmmm pertanyaan di luar dugaan aku, berani juga pria sependiam Akhmad berani menanyakan kisah percintaanku" gumamku "gue masih gini-gini aja, sama seperti dulu, karyawan biasa yang masih menjomblo"jawabku singkat. "Lo sendiri gimana Mad?"tanyaku. "You can see me, see??? Gue masih mahasiswa, dengan tertatih-tatih menyelesaikan master gue, bantu doa ya cha, InsyaAllah akhir tahun depan gue kembali ke tanah air" jawabnya.
"Kisah cinta lo sendiri gimana mad?"tanyaku semakin serius, sambil mengupas kulit edamame (kacang polong jepang, enak direbus dan dibuat kudapan) dan menguyahnya. Akhmad hanya tersenyum dan menjawab singkat. "tidak pantas seorang mahasiswa membicarakan masalah cinta. "Entah cha, kecengan gue yang di Korea mau apa nggak sama gue".jelasnya. Entah ada apa dengan Akhmad, sekarang dia terlihat dewasa, terlihat lebih pendiam, namun terlihat lebih serius menghadapi hidup. Sekarang Akhmad lebih sering tersenyum, tidak sering mengernyitkan dahi, merasa pusing dengan aktivitasnya sewaktu di Jakarta. Akhmad yang sekarang jauh lebih bahagia kelihatannya. Waktu tak terasa, waktu menunjukkan pukul 22.30, seusai Akhmad mengantarku melihat-lihat pernak pernik souvenir Harck Rock Café Nagoya, dia langsung mengantarku ke Hotel dimana aku menginap. Tak terasa malam ini terasa begitu cepat dan akupun besok harus kembali ke peraduanku di Indonesia. Akhir perjumpaanku dengannya, dia Cuma tersenyum dan berkata "sampai ketemu di Jakarta tahun depan ya Cha, InsyaAllah Maret gue ke Jakarta cari bahan Thesis dan Semoga September tahun depan sudah menyelesaikan masterku..... Perjumpaan kami di lobby berakhir dengan senyum.....Akankah cinta Icha dan Akhmad dapat bersatu? Hanya Tuhan yang tahu dan Jakarta yang akan menjawabnya.
***Tokoh dan cerita dalam cerpen ini hanya fiksi belaka
November 2010 Created by Martini Aisah
1 comment:
Spt kisah nyata :-)
Post a Comment