Sunday, October 27, 2019

Manner uang suka dan uang duka di Jepang

Sedikit Tentang Manner Uang Suka dan Uang Duka di Jepang

    Kalau kita cukup lama tinggal di Jepang tidak mustahil kita akan mengalami peristiwa diundang ke pesta pernikahan (Kekkon Shiki Hiroen) atau melayat ke rumah duka (Kokubetsu Shiki) teman atau keluarga teman yang orang Jepang. Seperti juga di Indonesia tentunya ada manner atau kepatutan dalam berpakaian, berperilaku bahkan bertutur-kata di kedua acara khusus dalam kehidupan seseorang tsb. Nah di Jepang juga ternyata ada yang namanya uang suka atau kado pernikahan berupa uang yang namanya Gosyugi dan uang duka yang namanya Koden. Berbeda dengan di Indonesia pemberian uang suka atau uang duka ini tidak bisa seenaknya saja seperti memberikan uang yang sudah dilinting atau dilipat-lipat dan diberikan dengan diselipkan ke tangan mempelai atau yang sedang berduka saat berjabat tangan atau diselipkan ke kantung bajunya. Ada aturannya yang cukup ribet dan detil yang jika salah atau kurang tepat bisa membuat kurang nyaman si penerimanya.
    Pertama uang harus dimasukan dalam amplop khusus untuk uang suka Goshugi atau uang duka Koden. Amplop ini bisa dibeli di toko alat tulis atau di convinient store spt Seven Eleven, Family Mart dll. 
    Lihat gambar. Gambar kiri atas adalah contoh amplop untuk uang suka namanya Goshugi Bukuro atau Shugi Bukuro (Fukuro/Bukuro artinya amplop/kantong/karung). Berwarna-warni dan cerah. Gambar kiri bawah adalah contoh amplop untuk uang duka namanya Koden Bukuro. Warnanya hitam semua atau warna gelap. Awas jangan salah beli. Nanti bisa dipelototi oleh penerima tamunya.
    Kedua, seperti pada gambar kiri atas dan bawah, amplop luar yang disebut Uwazutsumo yang artinya cover atau wrapper berupa kertas lipat ini harus diberi nama dengan jelas. Sebaiknya ditulis dengan kuas atau pena yang menyerupai kuas. Jangan tulis dengan ballpoint atau pensil atau spidol. Nama ditulis dari atas ke bawah. Pena seperti ini juga dijual di toko alat tulis atau convinient store. Kalau salah tulis beli amplop baru jangan pelit memaksakan dengan mencoret atau menghapus yang tulisan yang salah dan meralatnya kembali. Sangat tidak sopan. Jika perlu latihan dulu dengan kertas lain sampai mantab jiwa sebelum menulis di amplop.
    Ketiga, di dalam amplop itu ada amplop lagi yaitu naka bukuro yang artinya amplop dalam. Amplop ini untuk mengisi uang. Seperti pada gambar atas tengah di bagian muka amplop jangan lupa tulis jumlah lembaran uangnya. Kalau ¥30.000 tulis dari atas ke bawah “Kin San Man En” dalam kanji yang artinya uang 3 (lembar) lembaran 10 ribu yen. Pastikan jumlah yang ditulis dan dimasukan ke dalam amplop adalah sama. Jangan isi uang recehan. Sangat tidak sopan.
    Keempat, jangan lupa tulis nama dan alamat pada bagian belakang amplop dalam seperti kalau menulis di amplop surat spt pada gambar tengah bawah. Penulisan amplop ini untuk memudahkan si penerima jika hendak membalas budi kepada si pemberi.
    Kelima, amplop dalam tidak perlu dilem. Ini untuk memudahkan sipenerima mencocokan jumlah uang yang tertulis dan yang ada di dalam amplop ketika melakukan pencatatan (untuk membalas budi di kemudian hari).
    Keenam, cara memasukan lembaran uang. Perlu diperhatikan ada perbedaan cara memasukan uang untuk uang suka dan uang duka.
    Untuk uang suka atau Goshugi sebagai hadiah pernikahan siapkanlah uang kertas yang masih baru. Tidak boleh uang yang sudah pernah dipakai apalagi uangnya sudah terlipat, lecek, kotor atau robek. Jika tidak punya uang kertas yang masih baru tukarkanlah ke Bank atau Kantor Pos. Kalau bisa selalu memyetok beberapa uang kertas baru sebagai antisipasi diundang pesta pernikahan orang Jepang. Untuk uang suka, lembaran depan uang kertas yang ada gambar orangnya harus menghadap ke atas saat muka amplop yang ada tulisan jumlah uangnya menghadap ke atas itu dibuka. Lihat gambar kanan atas.
    Untuk uang duka atau Koden justru sebaliknya. Jangan gunakan uang kertas yang masih baru. Gunakan uang kertas yang sudah terpakai tapi sopan yaitu uang kertas yanv tidak lecek, kotor apalagi robek. Ini untuk menandakan bahwa kedukaan adalah hal-hal yang tak terduga yang tidak bisa disiapkan sebelumnya. Untuk uang duka, lembaran belakang uang kertas yang tidak ada gambar orangnya harus menghadap ke atas saat muka amplop yang ada tulisan jumlah uangnya menghadap ke atas itu dibuka. Lihat gambar kanan bawah.
    Ketujuh, mengenai jumlah uang untuk uang suka dan uang duka juga berbeda. Pada umumnya jumlah uang duka lebih sedikit daripada uang duka. Ini untuk meringankan beban si penerima yang sedang berduka jika hendak membalas budi nantinya. Jika terlalu besar bisa jadi malah merepotkan. Pasaran jumlah uang suka adalah bergantung dengan hubungan antara si pemberi dengan yang menikah atau yang meninggalnya. 
    Menurut majalah informasi tentang wedding atau bridal pasaran uang suka adalah kurang lebih sebagai berikut. Makin dekat hubungannya makin besar uang sukanya.
Teman dari pengantin : ¥30.000 (rerata ¥30.000)
Atasan dari pengantin : ¥30.000 - ¥50.000 (rerata ¥39.000)
Guru atau orang yang berjasa terhadap pengantin (Onshi) : ¥30.000 - ¥50.000 (rerata ¥37.000)
Keluarga pengantin : ¥50.000 - ¥100.000 (rerata ¥67.000)
    Sementara menurut situs pembanding harga kakaku_dot_com pasaran uang duka adalah kira-kita sebagai berikut:
Yang meninggal adalah teman atau keluarganya : ¥3.000 - ¥10.000
Yang meninggal adalah atasan atau keluarganya: ¥3.000 - ¥20.000
Yang meninggal adalah guru atau orang yang berjasa : ¥3.000 - ¥10.000
Yang meninggal adalah keluarga : ¥30.000 - ¥100.000
    Di Jepang juga jumlah lembaran uang suka mau pun uang duka baiknya berjumlah ganjil jangan genap. Karena angka genap bisa dibagi habis yang dalam bahasa Jepang disebut Wari Kireru yang mengisyaratkan En Ga Kireru yang artinya putus hubungan silaturahmi. Tapi angka 9 yang bisa dibaca Ku yang artinya tersiksa sebaiknya dihindari juga.
    Kedelapan,  lipatlah amplop luar uwazutsuminya dengan rapi dan ikat dengan tali pengikat yang biasanya berupa kumpulan lima tali kecil berwarna merah putih yang melambangkan suka ria untuk uang suka atau berwarna hitam dan putih yang melambangkan duka untuk uang duka. Tali simpul ini biasa dinamakan Mizubiki. Ada dua jenis simpul yaitu Musubi Kiri atau simpul mati yang tidak bisa dilepas lagi sekali diikat dan Cho Musubi atau simpul kupu-kupu seperti pada simpul tali sepatu yang bisa dibuka berulang-ulang. Untuk pengikat amplop uang suka atau uang duka biasanya digunakan simpul Musubi Kiri yang artinya ikatan pernikahan ini cukup sekali saja atau kemalangan ini cukup sekali saja. Gambar kiri bawah adalah contoh simpul Musubi Kiri. Tapi sekarang sebagai pengganti Musubi Kiri atau Cho Musubi banyak digunakan simpul Awaji Musubi yang lebih netral seperti pada gambar kiri atas.
    Masalah angpau saja di Jepang cukup ribet bukan.
    Terakhir, umumnya jika kita memberi uang suka atau uang duka biasanya nanti si penerima akan memberikan timbal baliknya juga yang setimpal dengan jumlah uang suka atau uang duka kita tsb dalam bentuk souvenir atau bentuk lainnya. Makanya penting menuliskan nama, jumlah uang dan alamat rumahnya untuk dicatat.

Tokyo, 26 Oktober 2019

https://thelintas.wordpress.com/2019/10/26/sedikit-tentang-manner-uang-suka-dan-uang-duka-di-jepang/

Sunday, October 13, 2019

Typhoon hagibis 12 Oct 2019

Sabtu kemarin merupakan pengalaman mendebarkan bagi saya dalam menghadapi himbauan akan adanya bencana angin topan yang akan melanda Tokyo dan sekitarnya. Dari hari Jum'at siang hujan sudah melanda Tokyo dan sekitarnya. Mulai Jum'at orang-orang sudah berbondong2 berbelanja persiapan bahan makanan dan minuman dan alat-alat keperluan antisipasi lainnya untuk persiapan bencana yang akan terjadi. Tidak seperti biasanya antrian kasir panjang sekali di supermarket, padahal supermarket di Jepang mayoritas sudah menggunakan pembayaran menggunakan mesin, jd staff kasir hanya menscan produk, lalu customer tinggal melakukan pembayaran di mesin pembayaran. Mesin pembayaran tersebut banyak sekali, lebih dari 10 mesin untuk supermarket sedang seperti yang di sebrang rumah saya.

Thypoon higibis yang kemarin melanda Jepang bagian Timur dan tengah membuat hati was was, saya sudah siap siap masak banyak, demi persiapan kalau2 gas mati atau listrik mati, setidaknya agar bahan makanan dan minuman siap disantap untuk 2 hr. Alhamdulillah badai sudah berlalu dan tidak seseram yang dibayangnya, yang penting jangan keluar rumah, pastikan semua barang di luar rumah dimasukkan, agar tidak berterbangan dan merusak kaca rumah sendiri. Alhamdulillah sujud syukur pada Allah.