Monday, November 28, 2011

Cirebon 26-27 November 2011




Is another weekend vacation, i choose Cirebon. Cirebon is located in west java. from jakarta to cirebon It takes 4 hours by car or 3 hours by train (Cirebon express). If you wanna go to Cirebon on weekend, you have to booked ticket as soon as possible. In the end of year, in cirebon i can find so many type of mango, and the taste is different depends on the type of mango.

I stayed 2 nights in Penta Hotel, near pasar, so i can shopping or just eat traditional food in the market (pasar).

My Hotel is near from Harbour too. In the harbour there was very popular food for breakfast, it called "Nasi Jamblang"

In the day 01 : i shopping batik in trusmi, then lunch in empal asem, went to cibulan and after sunset i went to the hotel named grage to bathing hot water. in the end of the day, i was dinner in seafood H. Moel in jl Kalibaru.


The day 02 : i just went to telaga remis, lunch and enjoying talaga (lake). Not so far from talaga there was restaurant and i got lunch there. the reccomended food in this restaurant is fish soup, a little beat spicy and sour. After from talaga remis, i back to jakarta by Cirebon Express departure 3.00pm

Wednesday, November 9, 2011

Jatiluwih 23 October 2011




Sebagai penghuni Jakarta, saya selalu norak apabila melihat hal-hal yang berbau alam indah, tradisional, dan yang ndeso-ndeso. Mungkin bagi orang yang tinggalnya di daerah yang banyak sawahnya, saya kategori orang norak heheheh....

Setelah seminggu sebelumnya saya sudah puas dengan bermain air dan menikmati pantai, kini saatnya saya menikmati bukit, gunung dan sawah.


Indah nian melihat hamparan sawah nan hijau nan luas, walau mendung sedang menggelayut, namun malah menambah suasana kian syahdu, makan siang memandang alam yang subhanallah indahnya. Lama saya makan siang disini, sepertinya kalau tidak ingat waktu pulang, ingin rasanya berlama-lama disini.


Lokasi : Jatiluwih, Tabanan, Bali
Gear : D90
Males ngedit :)

Aku Dia dan Tokyo Tower



Ryan, kamu saya tugaskan ke Frangfurt untuk menghadiri Frankfurt Motor Show disana, lalu Tami saya tugaskan meeting di Dubai. Dan kamu Tini, kamu saya tugaskan ke Tokyo untuk ikut training new product dengan tegas bosku mengkoordinasikan semua anak buahnya untuk agenda bulan ini.


Mendadak sekonyong-konyong mataku terbelalak, yang tadinya sempat ngantuk dan hampir terlelap, sekarang mendadak aku tegakkan pulpenku dan menulis agenda acara yang diperintahkan atasanku. Dalam hatiku bergumam “kenapa mesti aku lagi sih yang ditugaskan ke Tokyo?” kenapa tidak ke Franfurt atau Dubai? Setidaknya itu adalah kota-kota yang belum pernah aku kunjungi. Sejenak kumelamun…dan terdengar suara besar mengagetkanku lagi “kamu saya tugaskan kesana karena trainingnya pakai bahasa Jeoang, diharapkan kamu kembali ke Jakarta membuat laporan dan bisa berbagi bahan training ke bagian training kita” kata bosku. 

Seolah bosku bisa membaca apa yang ada dipikiranku saat ini, karena itulah dia menjelaskan dengan gamblang alasan saya ditugaskan kesana.

Pada hari yang sudah ditetapkan, di hari keberangkatanku, aku bergegas ke bandara, memarkirkan mobilku di parkiran inap, lalu dengan sedikit berlari kudatangi counter Garuda Indonesia untuk check in, tiba-tiba terdengan suara lembut pria asing yang sepertinya aku kenal ”Tini san”...Yup aku mencari sumber suara itu, dan ternyata di antrian sebelahku berdiri tegap seorang pria berperawakan mungil, manis dan dengan senyumnya yang khas menyapaku. Yup dialah Chiyoda san, seorang Manager Departemen Overseas Sales yang tentunya berbeda departemen denganku. Dan yang lebih mengagetkan aku adalah, ternyata dia akan pergi ke Tokyo juga dengan tujuan dan agenda yang sama denganku. Mendadak ada dua bagian dari diri ini yang berlawanan, ada sebagian yang tertawa bahagia dan memaksaku untuk tersenyum lebar dan ingin berteriak “YESSSS”, tapi ada sisi dari diriku yang sedikit bersedih karena kalau perjalanan dinas seperti ini pasti berbeda dengan perjalanannku ke Jepang sebelum-sebelumnya, mungkin aku akan merasa sendirian seperti anak hilang.


Sesampainya di Bandara Narita, dengan senyum lebarnya dia menyapaku kembali, berasa seperti mau terbang dan senyum itu memberikan semangat baru pada hari-hariku yang sebelumnya terasa biasa saja dan yang sebelumnya sangat bersemangat intuk ingin resign dan pindah ke perusahaan lain. Chiyoda memang expat baru di kantorku, walau beda deprtemen, aku lumayan sudah lama memendam simpatik padanya dan dia berhasil mengalihkan perhatianku., karena dia terlihat beda dengan bos-bos lain di kantorku, dia masih muda dan banyak tersenyum. Umurnya saja seumuran denganku.

 
Dari bandara kami dijemput oleh Kenichi san dan ito san orang dari kantor pusat. Kami langsung dibawa ke Westin Hotel di daerah Shinjuku untuk check in dan langsung training. Bayangkan, agendaku kali ini sangatlah padat, hanya seminggu di Tokyo, tetapi penuh dengan training saja. Jam 10 pagi dan jam 3 sore ada break untuk tea time. 

“ティニさん大丈夫ですか, tanya Chiyoda kepadaku. Seepertinya wajahku memperlihatkan kecapekan, mungkin karena baru sampai sudah langsung disuruh training. Untungnya apabila ada yang aku tidak mengerti, Chiyoda bisa langsung menjelaskannya kepadaku.. 

 

Waktu terus berlalu, sampai di hari ke-5 aku di Tokyo, seperti biasa, seusai training aku kembali ke kamar, ganti baju dan membawa gearku untuk sejenak melenturkan jari jemariku memotret keindahan kota Tokyo di saat malam. Malam ini, tepat hari Jum’at, besok libur, tiba-tiba kumendengar suara ketukan lembut dari luar dan terdengar suara yang familiar “Tini san, Chiyoda desu. Ima ii?,. Dia memanggilku dari luar. Bergegas aku membukakan pintu untuknya. Tanpa kusangka dan tanpa kudunga, dia bertanya isshouni kaishoku shimashouka? Seperti kejatuhan bintang-bintang bertaburan, dia mengajak saya makan malam. Dia menanyakan ”mau makan dimana?”. ”Sejak aku kuliah, aku ingin sekali makan di restoran yang terletak di atas Tokyo Tower”, tapi disitu mahal ya, tanpa berpikir panjang, dia langsung mengiyakan, tersenyum dan menjawab ”jya, ikou” begitulah ajakannya.


”Mengapa disini dia bergitu manis? ”kubergumam di dalam hati. Padahal sebelumnya sudah dua kali ajakan makan malamku ditolaknya, yang pertama dengan alasan dia tidak ada supir dan yang kedua dengan alasan dia sedang tidak enak badan. Terkadang sikapnya memang tidak bisa ditebak, terkadang begitu manis, kadang begitu angkuhnya bak seorang atasanku. Lewat di depanku tidak menyapaku saat berpapasan di koridor kantor.

Sesampainya di Tokyo Tower, aku diperlakukan bak seorang cinderella semalam, aku dipersilahkan masuk ke mobil duluan, aku dipersilahkan duduk dan dia mengambilkan makan malamku dengan penuh perhatian....”Argghhh andaikan dia begini terus sampai di Jakarta nanti”, gumamku. Sayangnya makam malam ini terasa begitu singkat, saat kulihat jam tanganku sudah menunjukkan waktu 11.30, ternyata malam yang indah memang amat cepat berlalu, berbeda dengan malam sunyi yang biasanya harus kubuh dengan menghitung detik demi detik. Sesampaikan kembali ke  hotel, kami berpisah di lobi dan tanpa kuduga, dia berpesan agar tidak menceritakan dinner ini kepada orang-orang kantor di Jakarta dengan alasan dia malu. Apakah dia malu mengajak seorang sasha untuk makan malam? Ataukah dengan alasan dia malu karena seorang expat mengajak makan seorang staff biasa sepertiku.....Arrrggghhh kata-katanya membuatku sedikit ilfil, namun dibalik semua itu, di akhir pembicaraan dia berkata お休みティニさん Selamat Tidur Tini san. Selaksa hati ini ingin terbang bersama dengan daun-daun mapple yang berhamburan ke angkasa di  musim gugur ini. Betapa romantisnya dia di negeri entah berantah ini,, 


Di hari ke-8 aku ada meeting koordinasi dengan orang-orang kantor pusat, aku ditugaskan atasanku untuk menyampaiakan dan merangkum segala permintaan yang kami inginkan untuk dapat direalisasikan pada produk baru yang akan kami launching tahun depan. Pada meeting itu, Chiyoda bertugas sebagai notulen, sangat berbeda dengan sikapnya di hari Jum’at, hari Senin ini dia bersikap seperti tidak akrab denganku, tatapannya seperti sama saja dengan bos-bos lain di kantorku yang seolah-olah bersikap sok galak. ”Semoga sikapnya kembali normal” pintaku dalam hati. 

Keesokan harinya, tibalah aku dan dia harus kembali ke Indonesia, merangkum semua tugas dan merangkus semua hasil pendidikan singkatku disana. Berbeda dengan waktu kami berangkat, kami berbeda seat,  namun perjalanan pulang ini kami duduk bersebelahan, sejenak tawanya menawarkan janji, sejenak obrolannya memulihkan segala kecemasan, 8 jam perjalanan dengannya tidak membuatku bosan karena dia terlihat smart dan tidak sekaku expat-expat lainnya. Namun kecemasanku menjadi nyata, walau sampai sekarang dia masih berkomunikasi baik denganku, namun di lingkungan kantor sikapnya kembali netral, tidak menunjukkan bahwa dia pernah menjadi teman dekatku selama di Tokyo.


Beberapa minggu kemudian, sekonyong2 ada suara manis yang mengagetkanku lagi, ternyata Chiyoda sudah berdiri tepat di mejaku, menanyakan cara mengakses internal website perusahaan kami. Mendadak hatiku kembali terbang ke angkasa terbawa angin Tokyo musim gugur, dengan pertanyaan yang membuncah di dalam hati ”kenapa dia bertanya kepadaku bukan kepada sekretarisnya, dia rela jauh-jauh ke departemenku dan menyapaku pagi ini dengan senyum lebar yang amat kurindu. Rinduku Tokyoku. Hanya itulah pertanyaan yang terkadang memaksaku mengerutkan dahi dan menggonjangkan hati. Hari-hari terus berlalu, lambat laun kebersamaan kami hanya sebatas rekan kerja, rekan kerja yang sama sekali tidak ada hubungan kerja, rekan kerja yang teramat manis untuk dijadikan rekan hidup.

Note : Cerpen ini hanya fiksi belaka, kesamaan nama dan peristiwa hanya kebetulan semata

Thursday, November 3, 2011

Legong, Ubud 22 Oktober 2011




Sudah lama saya tidak liburan, walau haraga tiket sedang tidak promo, tetapi karena saya karena mata dan jari saya sudah gatal, maka saya putuskan untuk ngetrip dan hunting foto cukup 3 hari, Jum'at pulang kerja sampai minggu sore, lagipula jatah cuti saya sudah habis hehehhe....

Menghabiskan malam minggu kali ini saya nonton legong di Ubud palace (saren Agung). Biaya tiketnya Rp. 80.000, cukup puas karena saya dapat duduk di depan, lebih enak lesehan daripada duduk di kursi (takut kejauhan).

Yang say herankan, kenapa sudah berkali2 ke Bali, tetapi baru kali ini banyak yang mengira saya turis dari Thailand?heheheh, padahal wajah saya kan Jawa banget xixixi...

Pertunjukan kali ini berupa Puspa Wresti, Topeng Keras, Kebyar duduk dan taruna jaya, Kupu-kupu tarum, Legong Kraton, Oleg Tambulingin dan Jauk.

Sudah lama saya tidak menonton pertunjukan tari-tarian tradisional seperti ini, jadi cukup memukau saya, karena dulu saya pernah mencoba belajar tari pendet, dan hasilnya aduhaiiiii bokong, paha dan sekitarnya encok bin linu, setelah itu nggak berani lagi tari bali, pegel heheheh,,,

Info Gear :
Nikon D90
Lensa Nikkor Fix 50mm
No flash :)

Tuesday, November 1, 2011

Dalam Penantian

2 pekan genap kumenanti
Menanti kabar dari sang peladang
Tak sabar menanti kabar
Kabar Bahagia dariNya
Wish Me Luck :)